| Pertempuran memperebutkan Henderson FieldBagian dari Mandala Pasifik pada Perang Dunia II |
Mayat para serdadu Angkatan Darat 17 Jepang dan bangkai tank terserak di muara sungai Matanikau setelah serangan mereka yang gagal terhadap posisi Marinir AS pada tanggal 23-24 Oktober 1942
|
Tanggal :23-26 Oktober 1942Lokasi : Guadalcanal di Kepulauan Solomon Koordinat : 9°25′44″S 160°3′7″T 9.42889°S 160.05194°T -9.42889; 160.05194
Hasil : Kemenangan yang menentukan bagi Sekutu (Amerika Serikat) |
| Pihak Yang Bertikai |
| Amerika Serikat | Kekaisaran Jepang |
| Komandan |
Alexander Vandegrift,
Chesty Puller | Harukichi Hyakutake,
Masao Maruyama
Yumio Nasu † |
| Kekuatan Pasukan |
| 23,088[1] | 20,000[2] |
| Korban Jiwa dan Kerugian |
61–86 gugur,
1 kapal tunda,
1 kapal patroli karam,
3 pesawat hancur[3][4] | 2,200–3,000 gugur,
1 kapal penjelajah karam,
14 pesawat hancur |
Pertempuran memperebutkan Henderson Field, juga dikenal sebagai Pertempuran Henderson Field atauPertempuran Lunga Point oleh pihak Jepang, terjadi pada tanggal 23-26 Oktober 1942 di dan di sekitar Guadalcanal di Kepulauan Solomon. Pertempuran tersebut adalah pertempuran darat, laut dan udara pada kampanye Pasifik Perang Dunia II dan melibatkan AD dan AL Kekaisaran Jepang dan pasukan Sekutu (Terutama Marinir dan AD AS). Pertempuran tersebut adalah pertempuran ke tiga dari tiga ofensif darat besar yang dilakukan pihak Jepang selama kampanye Guadalcanal.
Pada pertempuran itu, pasukan AD dan Marinir AS dibawah komando Mayjen Alexander Vandegrift, berhasil menangkal serangan oleh Angkatan Darat 17 Jepang dibawah komando Letjen Harukichi Hyakutake. Pasukan AS sedang mempertahankan parameter Lunga, yang menjagai Henderson Field di Guadalcanal, yang telah direbut dari Jepang oleh Sekutu pada pendaratan di Guadalcanal pada tanggal 7 Agustus 1942. Pasukan Hyakutake dikirim ke Guadalcanal untuk merespon pendaratan Sekutu dan dengan misi untuk merebut kembali lapangan terbang tersebut dan mengusir pasukan Sekutu dari Guadalcanal.
Pasukan Hyakutake melakukan sejumlah besar penyerangan selama tiga hari di berbagai lokasi sekitar parameter Lunga, tapi semuanya gagal dengan kerugian besar di pihak Jepang. Pada saat yang sama, pesawat Sekutu yang beroperasi dari Henderson Field berhasil membela posisi-posisi pasukan AS di Guadalcanal dari serangan pasukan udara dan laut Jepang.
Pertempuran tersebut adalah ofensif darat serius yang terakhir dilakukan oleh pasukan Jepang di Guadalcanal. Setelah sebuah usaha untuk mengirim bala bantuan gagal selama Pertempuran Laut Guadalcanal pada bulan November 1942, Jepang mengakui kekalahannya dan berhasil mengungsikan banyak dari sisa-sisa pasukannya pada minggu pertama bulan Februari 1943.
Latar Belakang
Kampanye Guadalcanal
Pada tanggal 7 Agustus 1942, pasukan Sekutu (sebagian besar dari AS) mendarat di Guadalcanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida di Kepulauan Solomon. Pendaratan-pendaratan di pulau-pulau ini dimaksudkan untuk menghalangi Jepang untuk menggunakannya sebagai pangkalan untuk mengancam rute pasokan antara Amerika dan Australia, dan untuk mengamankan pulau-pulau tersebut sebagai titik awal sebuah kampanye yang bertujuan akhir mengisolasi pangkalan utama Jepang di Rabaul sekaligus mendukung kampanye Sekutu di New Guinea. Pendaratan-pendaratan tersebut mengawali kampanye Guadalcanal yang berlangsung selama enam bulan.
Dengan mengejutkan pihak Jepang, pada malam hari tanggal 8 Agustus, 11.000 serdadu Sekutu dibawah komando Letjen Alexander Vandegrift dan sebagian besar terdiri dari unit-unit Korps Marinir AS, telah mengamankan Tulagi dan pulau-pulau kecil di dekatnya, sekalian juga sebuah lapangan udara yang sedang dibangun di Lunga Point di Guadalcanal. Lapangan udara tersebut kemudian dinamai Henderson Field oleh pasukan Sekutu. Pesawat Sekutu yang kemudian beroperasi dari lapangan udara tersebut menjadi dikenal sebagai “Angkatan Udara Kaktus” (Cactus Air Force/CAF) yang merupakan nama kode Sekutu untuk Guadalcanal. Untuk melindungi lapangan udara tersebut, Marinir AS mendirikan parameter pertahanan di sekitar Lunga Point.
Sebagai tanggapan terhadap pendaratan Sekutu di Guadalcanal, Mabes Umum Kekaisaran Jepang menugaskan Angkatan Darat 17 Kekaisaran Jepang, komando setara korps yang berpangkalan di Rabaul dan dibawah komando Letjen Harukichi Hyakutake, dengan tugas merebut kembali Guadalcanal dari tangan Sekutu. Dimulai pada tanggal 19 Agustus, berbagai kesatuan dari AD 17 mulai tiba di Guadalcanal dengan tujuan mengusir pasukan Sekutu dari pulau itu.
Henderson Field di Guadalcanal di akhir Agustus 1942 segera setelah pesawat Sekutu mulai beroperasi dari situ
Serdadu Jepang sedang menaiki Tokyo Express.
Karena ancaman dari pesawat CAF yang berpangkalan di Henderson Field, Jepang tak dapat menggunakan kapal-kapal transport yang besar dan lamban untuk mengantarkan tentara dan pasokan ke pulau tersebut. Malahan, Jepang menggunakan kapal-kapal perang yang berpangkalan di Rabaul dan Kepulauan Shortland untuk membawa pasukan mereka ke Guadalcanal. Kapal-kapal perang Jepang, sebagian besar berupa penjelajah ringan dan perusak dari Armada VIII dibawah komando Laksamana Muda Gunichi Mikawa, biasanya dapat melakukan perjalanan pulang-pergi melalui ”Celah (The Slot)” ke Guadalcanal dan kembali dalam satu malam, dengan itu meminimalisasi kerentanan mereka terhadap serangan udara dari CAF. Mengantarkan pasukan dengan cara ini, bagaimanapun, menghalangi sebagian besar peralatan berat dan logistik, seperti artileri berat, kemdaraan, dan banyak makanan dan amunisi, untuk dibawa ke Guadalcanal. Pergerakan kapal-kapal perang berkecepatan tinggi ini terjadi sepanjang kampanye dan kemudian disebut sebagai ”Tokyo Express” oleh pasukan Sekutu ”Pengangkut Tikus” oleh pihak Jepang
Percobaan pertama Jepang untuk merebut kembali Henderson Field gagal ketika pasukan sebesar 917 orang dikalahkan pada tanggal 21 Agustus di Pertempuran Tenaru. Percobaan berikutnya terjadi dari tanggal 12 sampai 14 September 14, dengan kekuatan 6.000 serdadu dibawah komando Mayjen Kiyotake Kawaguchi dikalahkan di Pertempuran Edson’s Ridge. Setelah kekalahan mereka di Edson’s Ridge, Kawaguchi dan pasukan Jepang yang masih tersisa berkumpul kembali di barat Sungai Matanikau di Guadalcanal.
Hyakutake segra mulai menyiapkan percobaan berikutnya untuk merebut kembali Henderson Field. AL Jepang menjanjikan dukungan bagi ofensif Hyakutake yangberikutnya dengan cara mengantarkan pasukan, peralatan dan logistik yang diperlukan ke pulau tersebut dan dengan meningkatkan serangan udara terhadap Henderson Field dan mengirim kapal perang untuk membombardir lapangan udara itu.
Ketika pihak Jepang sedang berkumpul kembali, pasukan AS berkonsentrasi untuk memperkuat pertahanan mereka di Lunga. Pada tanggal 18 September, sebuah konvoi laut Sekutu mengantarkan 4.157 serdadu dari Resimen 7 Marinir AS ke Guadalcanal. Resimen ini sebelumnya merupakan bagian dari Brigade Provisonal Marinir dan baru dibebaskan dari tugas garnisun di Samoa. Bala bantuan ini memungkinkan Vandegrift, dimulai pada tanggal 19 September, untuk mendirikan garis pertahanan yang tak terputus di sekeliling parameter Lunga.
Jenderal Vandegrift dan stafnya mengetahui kalau pasukan Kawaguchi telah mundur ke arah barat Matanikau dan sejumlah besar kelompok tentara Jepang yang terpisah dari kesatuannya tersebar di selutruh area antara Parameter Lunga dan Sungai Matanikau. Maka dari itu, Vandegrift memutuskan untuk melakukan serangkaian operasi kesatuan kecil di sekitar Lembah Matanikau.
Jenderal Vandegrift di tenda komandonya di Guadalcanal
Operasi pertama Marinir AS melawan pasukan Jepang di barat Matanikau, dilakukan pada tanggal 23 sampai 27 September 1942 oleh elemen-elemen dari tiga batalion Marinir AS, dipukul mundur oleh pasukan Kawaguchi pimpinan Kolonel Akinosuke Oka. Pada aksi ke dua, dari tanggal 6 sampai 9 Oktober, pasukan Marinir AS dalam jumlah yang lebih besar berhasil menyeberangi Sungai Matanikau, menyerang pasukan Jepang yang baru saja mendarat dari Divisi Infantri 2 (Sendai) dibawah komando Jenderal Masao Maruyama dan Yumio Nasu dan menyebabkan jatuhnya sejumlah besar korban di Resimen Infantri 4 Jepang. Aksi ke dua ini memaksa Jepang untuk mundur dari posisi mereka di timur Matanikau.
Pada saat yang sama, Mayjen Millard F. Harmon, komandan pasukan AD AS di Pasifik Selatan, meyakinkan Laksamana Muda Robert L. Ghormley, komandan pasukan Sekutu di wilayah Pasifik Selatan, bahwa pasukan Marinir AS di Guadalcanal perlu segera diperkuat jika Sekutu ingin berhasil mempertahankan pulau tersebut dari ofensif Jepang yang berikutnya. Maka pada tanggal 13 Oktober, sebuah konvoi laut mengantarkan Resimen Infantri 164 AS yang berkekuatan 2.837 orang, yang merupakan formasi Garda Nasional AD North Dakota dari Divisi Amerika AD AS ke Guadalcanal
Kapal-kapal Mikawa terus melakukan pengiriman pasukan dan material pada malam hari ke Guadalcanal. Antara tanggal 1-17 Oktober konvoi-konvoi Jepang mengantarkan 15.000 serdadu Jepang, terdiri dari sisa-sisa Divisi Infantri 2 dan satu resimen dari Divisi Infantri 38, plus artileri, tank, amunisi, dan logistik ke Guadalcanal. Salah satu dari konvoi tersebut mengantarkan Jenderal Hyakutake ke pulau tersebut untuk memimpin sendiri pasukan Jepang dalam ofensif yang telah direncanakan. Mikawa juga mengirimkan kapal-kapal penjelajah berat pada beberapa kesempatan untuk membombardir Henderson Field. Salah satu dari misi bombardemen ini berhasil dicegat dan dikalahkan oleh pasukan laut AS pada malam tanggal 11 Oktober pada Pertempuran Tanjung Esperance
Jenderal Harukichi Hyakutake di depan markasnya di Rabaul sebelum keberangkatannya ke Guadalcanal
Pada tanggal 13 Oktober, untuk membantu melindungi transit konvoi logistik yang penting ke Guadalcanal yang terdiri dari kapal-kapal cargo yang lamban, komandan Armada Kombinasi Jepang, Isoroku Yamamoto, mengirimkan pasukan laut dari Truk, yang dipimpin oleh Takeo Kurita, untuk membombardir Henderson Field. Pasukan Kurita, terdiri dari kapal tempur Kongō dan Haruna, dikawal oleh satu penjelajah ringan dan sembilan perusak, mendekati Guadalcanal tanpa terhalang dan mulai menembaki Henderson Field pada pukul 01:33 tanggal 14 Oktober. Satu jam dan 23 menit kemudian, mereka menembakkan 973 buah peluru kaliber 355 mm ke parameter Lunga, sebagian besar jatuh di dan di sekitar wilayah lapangan udara seluas 2.200 m2. Bombardemen tersebut membuat kedua landas pacu lapangan terbang tersebut rusak parah, membakar habis hampir semua persediaan avtur, menghancurkan 48 dari 90 pesawat milik CAF, dan menewaskan 41 orang, termasuk enam awak CAF.
Walupun kerusakannya berat, personil lapangan udara Henderson mampu memperbaiki salah satu landas pacu dalam waktu beberapa jam. Dalam beberapa minggu kemudian, CAF berangsui-angsur pulih karena pasukan Sekutu mengantarkan lebih banyak pesawat, bahan bakar, dan awak pesawat ke Guadalcanal. Mengamati antaran pasukan dan logistik Jepang ke pulau tersebut, pasukan Amerika menanti ofensif oleh pasukan darat Jepang yang mereka belum yakin akan terjadi kapan dan di mana.
Pergerakan Pasukan
Karena kehilangan posisi mereka di sisi timur Matanikau, pihak Jepang memutuskan bahwa sebuah serangan terhadap pertahanan AS di sepanjang pantai akan sangat sulit. Maka, setelah perwira-perwira stafnya mengamati pertahanan Amerika di sekitar Lunga Point, Hyakutake memutuskan bahwa serangan utama yang akan dia lakukan akan dimulai dari selatan Henderson Field. Divisi 2-nya (diperkuat oleh pasukan dari Divisi 38), pimpinan Letjen Masao Maruyama dan terdiri dari 7.000 prajurit di tiga resimen infantri dari masing-masing tiga batalion diperintahkan untuk berbaris menembus hutan dan menyerang pertahanan Amerika dari selatan dekat tepi timur Sungai Lunga. Divisi 2 dipecah menjadi tiga kesatuan; Satuan Sayap Kiri pimpinan Mayjen Yumio Nasu terdiri dari Resimen Infantri 29, Satuan Sayap Kanan pimpinan Mayjen Kiyotake Kawaguchi terdiri dari Resimen Infantri 230 (dari Divisi Infantri 38), cadangan divisi dipimpin oleh Maruyama terdiri dari Resimen Infantri 16.[20] Serangan akan dilakukan pada tanggal 22 Oktober. Untuk mengalihkan pihak Amerika dari serangan di selatan, artileri berat Hyakutake plus lima batalion infantri (sekitar 2.900 orang) pimpinan Mayjen Tadashi Sumiyoshi akan menyerang pertahanan Amerika dari barat sepanjang koridor pesisir. Pihak Jepang memeperkirakan ada 10.000 serdadu Amerika di pulau tersebut, padahal pada kenyataannya ada sekitar 23.000.
Pada saat itu, parameter Lunga dipertahankan oleh empat resimen Amerika yang terdiri dari 13 batalion infantri. Resimen Infantri 164 menjaga sektor yang paling timur. Memanjang mulai dari sebelah selatan Resimen 164 dan ke barat menyeberangi Edson’s Ridge ke Sungai Lunga dijaga oleh Resimen Marinir 7. Sementara Resimen Marinir 1 dan 5 melindungi sektor di sebelah barat Lunga sampai ke pesisir. Dua batalion pimpinan Letkol William J. McKelvy: Mairinir 1 Batalion 3 dan Marinir 7 Batalion 3 mempertahankan muara Matanikau. Pasukan McKelvy terpisah dari parameter Lunga oleh sebuah celah yang dilindungi oleh patroli.
Pertempuran
Prelude
- Parameter Lunga di sekitar Henderson Field pada akhir September 1942 sebelum kedatangan Resimen Infantri 164 AS. Sungai Lunga terletak di tengah-tengah peta. Sungai Matanikau ad di sebelah kiri peta (tidak terlihat).
Pada tanggal 12 Oktober, sebuah kompi zeni Jepang mulai membuka jalur yang disebut “Jalan Maruyama“, mulai dari Matanikau menuju ke bagian selatan parameter Lunga. Jalur tersebut melintasi sekitar 24 km dari dataran yang sulit dilalui di Guadalcanal, termasuk sejumlah besar sungai dan kali, jurang yang dalam dan berlumpur, tebing-tebing curam, dan hutan lebat. Antara tanggal 16 sampai 18 Oktober, Divisi 2 memulai baris mereka di sepanjang Jalan Maruyama Road, dipimpin oleh satuan pimpinan Nasu dan diikuti oleh Kawaguchi kemudian Maruyama. Tiap prajurit diperintahkan untuk membawa satu peluru meriam selain ransel dan senapan mereka sendiri.[23]
Fajar tanggal 20 Oktober, Maruyama mencapai Sungai Lunga. Percaya bahwa kesatuannya berada sekitar 6 km selatan dari lapangan udara, beliau memerintahkan satuan-satuan sayap kiri dan kanan untuk maju sejajar menyusuri Lunga ke utara ke arah garis Amerika dan menetapkan waktu serangan pada pukul 18:00 tanggal 22 Oktober. Bagaimanapun, Maruyama membuat kesalahan. Dia dan pasukannya sebenarnya berjarak13 km selatan lapangan udara. Pada malam hari tanggal 21 Oktober, jelas bagi Maruyama bahwa satuan-satuannya takkan dapat tiba di posisi penyerangan keesokan harinya, jadi beliau menunda serangan menjadi tanggal 23 Oktober dan mengurangi ransum prajuritnya menjadi separuh untuk menghemat makanan yang mulai menipis. Pada malam hari tanggal 22 Oktober, sebagian besar Divisi 2 masih terentang di sepanjang Jalan Maruyama, tapi Maruyama melarang penundaan serangan.
Pada saat itu Sumiyoshi menyiapkan perintahnya untuk menyerang pasukan Amerika dari barat. Pada tanggal 18 Oktober, dia mulai menembaki Henderson Field 15 buah howitzer 150 mm. Apa yang tersisa dari Resimen Infantri 4 pimpinan Kolonel Nomasu Nakaguma mulai berkumpul secara terbuka di dekat Point Cruz (di pesisir sebelah barat Matanikau). Pada tanggal 19 Oktober Kolonel Akinosuka Oka memimpin 1.200 prajurit dari Resimen Infantri 124 miliknya menyeberangi Matanikau dan mulai menyusuri tepi timur menuju dataran tinggi di timur sungai tersebut.
Pada tanggal 23 Oktober, pasukan Maruyama berjuang menembus hutan untuk mencapai garis Amerika. Kawaguchi, berdasarkan inisiatifnya sendiri, mulai memindahkan satuan sayap kanannya ke timur karena yakin bahwa pertahanan Amerika di area itu lebih lemah. Maruyama, melalui salah satu perwira stafnya, memerintahkan Kawaguchi untuk tetap mengikuti rencana penyerangan yang sebenarnya. Ketika beliau menolak, Kawaguchi dicopot dan digantikan oleh Kolonel Toshinari Shoji, komandan Resimen Infantri 230. Malam itu, setelah mengetahui bahwa pasukan sayap kiri dan kanan masih berjuang untuk mencapai garis Amerika, Hyakutake menunda serangan menjadi pukul 19:00 tanggal 24 Oktober. Pihak Amerika masih tidak menyadari pendekatan yang dilakukan oleh pasukan Maruyama.
Pada hari itu Armada Udara 11 Jepang pimpinan Jinichi Kusaka yang berpangkalan di Rabaul mengirimkan 16 bomber dan 28 pesawat tempur Zero untuk menyerang Henderson Field. Sebagai tanggapannya, 24 Wildcat dan empat P-39 dari CAF mengangkasa untuk menghadapi mereka, dengan hasil, “salah satu duel udara terbesar yang pernah terjadi di atas Guadalcanal.” Pihak Jepang kelihatannya kehilangan beberapa pesawat pada hari itu, tapi kerugian sebenarnya tidak diketahui. CAF kehilangan satu Wildcat tapi pilotnya tidak terluka.
Serangan Nakaguma terhadap Matanikau
Sumiyoshi dikabari oleh staf Hyakutake tentang penundaan serangan menjadi tanggal 24 Oktober, tapi tak dapat menghubungi Nakaguma untuk memberitahunya tentang penundaan itu. Maka, fajar tanggal 23 Oktober, dua batalion dari Resimen Infantri 4 Nakaguma dan sembilan tank dari Kompi Tank Independen 1 meluncurkan serangan terhadap pertahanan Marinir AS di muara Matanikau.
Bangkai tank milik Kompi Tank Independen 1 Jepang di muara Matanikau
Tank-tank Nakaguma menyerang berpasangan menyeberangi gundukan pasir di muara Matanikau di balik perlindungan artileri. Meriam anti-tank 37 mm dan artileri milik Marinir dengan cepat menghancurkan kesembilan tank tersebut. Pada saat yang sama, empat batalion artileri Marinir, berjumlah 40 howitzer, menembakkan lebih dari 6.000 peluru ke area antara Point Cruz dan Matanikau, menyebabkan jatuhnya banyak korban di batalion infantri Nakaguma ketika mereka mencoba mendekati garis Marinir. Serangan Nakaguma berakhir pada pukul 01:15 tanggal 24 Oktober, dan hanya menjatuhkan sedikit korban di pihak Marinir dan tidak maju selangkah pun.
Sebagian karena untuk merespon serangan Nakaguma, pada tanggal 24 Oktober Batalion 2 dari Marinir 7 pimpinan Letkol Herman H. Hanneken dikerahkan ke Matanikau. Setelah pasukan Oka terlihat mendekati posisi Marinir di Matanikau dari selatan, batalion Hanneken ditempatkan di sebuah tebing yang menghadap selatan yang membentuk perpanjangan sambungan dari garis sisi pertahanan Marinir di Matanikau yang berbentuk tapal kuda. Bagaimanapun, sebuah celah masih ada di antara sisi kiri (timur) Hannekan dan parameter utama.
Serangan pertama Maruyama terhadap parameter
Dengan penempatan batalion Hanneken’, 700 prajurit Batalion 1 dari Marinir 7 pimpinan Letkol Chesty Puller ditinggal sendirian untuk mempertahankan garis sepanjang 2,286 m di sisi selatan parameter Lunga yang terletak di timur Sungai Lunga. Menjelang tengah malam tanggal 24 Oktober, patroli Marinir mendeteksi pasukan Maruyama yang sedang mendekat, tapi sudah terlambat bagi Marinir untuk mengatur kembali posisi mereka.
Peta pertempuran, tanggal 23-26 Oktober. Sumiyoshi dan Oka menyerang di barat di Matanikau (kiri) sementara Divisi 2 Maruyama menyerang parameter Lunga dari selatan (kanan)
Pada pukul14:00 tanggal 24 Oktober, satuan-satuan sayap kiri dan kanan Maruyama memulai serangan mereka. Pasukan Maruyama hanya memiliki sedikit sekali dukungan artileri dan mortir untuk serangan mereka, setelah meninggalkan sebagian besar meriam berat mereka di sepanjang Jalan Maruyama Road. Antara pukul 16:00 dan 21:00, hujan lebat turun, menunda pendekatan pihak Jepang dan menimbulkan ”kekacauan” di formasi pihak Jepang, yang telah kelelahan karena berbaris lama menembus hutan.[32] pasukan sayap kanan Shoji tak sengaja berbelok sejajar dengan garis Marinir, dan semua kecuali satu batalion gagal menemukan pertahanan Marinir. Batalion 1 Shoji dari Resimen Infantri 230 “bertumbukan” dengan garis Puller sekitar pukul 22:00 dan dihalau oleh anak buah Puller. Untuk alasan yang tidak diketahui, staf Maruyama kemudian melapor ke Hyakutake bahwa anak buah Shoji telah menguasai Henderson Field. Pada pukul 00:50 tanggal 25 Oktober, Hyakutake mengabari Rabaul bahwa, “Sesaat sebelum pukul 23:00 Sayap Kanan merebut lapangan udara.”
Pada sekitar saat itu, batalion sayap kiri Nasu akhirnya mulai mencapai pertahanan Marinir. Pada pukul 00:30 tanggal 25 Oktober, Kompi 11 dari Batalion 3 Nasu pimpinan Kapten Jiro Katsumata menemukan dan menyerang Kompi A batalion Puller. Serangan Katsumata dihambat oleh lapisan tebal kawat berduri yang ditaruh di depan garus Marinir dan kemudian ditembaki dengan gencar oleh senapan mesin, mortir dan artileri Amerika. Pada pukul 01:00, tembakan Marinir telah menewaskan sebagian besar anggota kompi Katsumata.
Lebih jauh ke barat, Kompi 9 dari Batalion 3 Nasu menyerbu langsung ke Kompi C Puller pada pukul 01:15. Dalam waktu lima menit, sebuah seksi senapan mesin Marinir dipimpin oleh Sersan John Basilone menewaskan hampir semua anggota Kompi 9. Pada pukul 01:25 tembakan gencar dari artileri divisi Marinir jatuh ke rute kumpul dan pendekatan pasukan Nasu, memakan korban besar
Menyadari bahwa sebuah serangan besar dari pihak Jepang sedang terjadi, Puller meminta bala bantuan. Pada pukul 03:45, Batalion 3 dari Resimen Infantri164 pimpinan Letkol Robert Hall yang sedang dicadangkan, dikirimkan sedikit demi sedikit ke garis Puller. Walaupun dalm kegelapan dan diselingi hujan lebat, Pasukan Garda Nasional AD berhasil ditempatkan di garis pertahanan Puller sebelum fajar tiba.
Sesaat sebelum fajar, Kolonel Masajiro Furimiya, komandan dari Resimen Infantri 29, dengan dua kompi dari Batalion 3-nya plus staf markasnya dapat menembus tembakan artileri Marinir dan mencapai garis Puller pada pukul 03:30. Sebagian besar pasukan Furimiya tewas selama penyerangan, tapi sekitar 100 orang berhasil menerobos pertahanan pihak Amerika dan membuat kantong pertahanan selebar137 m dan sedalam 91 m di tengah-tengah garis Puller. Setelah matahari terbit, Batalion 2 Furimiya bergabung dalam penyerbuan terhadap Puller, tapi dipukul mundur. Pada pukul 07:30, Nasu memutuskan untuk menarik mundur sebagian besar dari pasukannya yang tersisa ke hutan dan menyiapkan serangan lain untuk malam harinya.
Pada siang hari tanggal 25 Oktober, anak buah Puller menyerang dan membasmi kantong pertahanan di garis mereka dan memburu kelompok-kelompok kecil penyusup Jepang, menewaskan 104 serdadu Jepang. Lebih dari 300 oran naka buah Maruyama tewas dalam serangn pertama mereka ke parameter Lunga. Pada pukul 04:30, Hyakutake menyangkal berita direbutnya Henderson Field, tapi pada pukul 07:00 menyatakan bahwa hasil dari serangan Maruyama tidak diketahui.
Serangan laut dan udara
- Pesawat tempur F4F Wildcat milik Marinir AS berangkat dari Henderson Field untuk menyerang pasukan Jepang
Armada 8 Jepang telah menyiapkan satgas yang siap mendukung serangan AD ke Guadalcanal. Setelah menerima pesan dari Hyakutake yang menyatakan sukses pada pukul 00:50 tanggal 24 Oktober, satgas tersebut beraksi. Penjelajah ringan Sendai dan tiga perusak berpatroli di barat Guadalcanal untuk menghadapi kapal-kapal Sekutu yang mencoba mendekati pulau tersebut. Satuan Serbu Pertama terdiri dari tiga buah perusak dan Satuan Serbu Kedua terdiri dari penjelajah ringan Yura dan lima perusak mendekati Guadalcanal untuk menyerang kapal-kapal Sekutu di lepas pantai utara atau timur dan untuk menyediakan dukungan artileri bagi pasukan Hyakutake.
Pada pukul 10:14, Satuan Serbu Pertama tiba di lepas pantai Lunga Point dan mengusir dua kapal perusak tua AS yang dirubah menjadi penyapu ranjau, Zane and Trevor, yang sedang mengantarkan avtur ke Henderson Field. Kapal-kapal perusak Jepang kemudian melihat dan mengaramkan kapal tunda AS Seminole dan kapal patroli YP-284sebelum memulai bombardemen mereka terhadap posisi AS di sekitar Lunga Point. Pada pukul 10:53, sebuah meriam pantai Marinir mengenai dan merusak salah satu dari kapal perusak tersebut, Akatsuki ketiga perusak lainnya mundur sambil ditembaki oleh oleh empat pesawat tempur Wildcat CAF.
Ketika Satuan Serbu Kedua mendekati Guadalcanal melalui Selat Indispensable, mereka diserang oleh lima pembom tukik SBD Dauntless CAF. Hantaman bom membuat Yura rusak berat, dan satuan tersebut berbalik arah untuk kabur. Makin banyaknya serangan udara CAF terhadap Yura sepanjang hari itu menyebabkan kerusakan yang lebih parah, dan kapal penjelajah tersebut ditinggalkan dan dilumpuhkan oleh awaknya sendiri pada pukul 21:00.
Sementara, 82 pembom dan pesawat tempur Jepangdari Armada Udara 11 dan dari kapal induk Junyō dan Hiyōmenyerang Henderson Field dalam enam gelombang sepanjang hari dan dihadapi oleh pesawat tempur CAF dan meriam anti serangan udara Marinir. Menjelang petang pihak Jepang telah kehilangan 11 pesawat tempur, 2 pembom, dan satu pesawat pengintai sekaligus dengan sebagian besar awaknya. Dua pesawat tempur CAF hancur pada pertempuran hari itu tapi kedua pilotnya selamat. Serangan udara Jepang hanya menyebabkan kerusakan ringan di Henderson Field dan di pertahanan pihak Amerika. Tentara Amerika kemudian menyebut hari itu sebagai ”Dugout Sunday (hari Minggu berlindung)” karena serangan udara, laut dan artileri Jepang yang terus-menerus membuat tentara-tentara yang bertahan di Lunga tak bisa keluar dari lubang perlindungan mereka sepanjang hari itu.
Serangan ke dua Maruyama terhadap parameter
Sepanjang hari pada tanggal 25 Oktober, Pihak Amerika menyusun kembali dan menyempurnakan pertahanan mereka untuk menghadapi serangan Jepang yang diperkirakan datang pada malam harinya. Di barat, Hanneken dan Marinir 5 menutup celah di antara mereka. Di sepanjang bagian selatan dari parameter, pasukan Puller dan Hall berpisah dan mengatur kembali posisi mereka. Anak buah Puller memperkuat sektor barat sepanjang 1,280 m dan para prajurit dari Resimen Infantri 164 memperkuat bagian timur sepanjang 1,006 m. Cadangan divisi, yaitu Batalion 3 dari Resimen Marinir 2 ditempatkan tepat di belakang posisi Hall dan Puller.
Maruyama mengerahkan pasukan cadangannya, yaitu Resimen Infantri 16, ke satuan sayap kiri Nasu. Dimulai pukul 20:00 tanggal 25 Oktober sampai fajar tanggal 26 Oktober Resimen Infantri 16 dan sisa-sisa satuan Nasu melakukan sejumlah besar serangan frontal yang selalu dimentahkan ke garis pertahanan Puller dan Hall. Tembakan senapan, senapan mesin, mortir, artileri dan peluru gotri dari meriam anti-tank 37 mm milik Marinir dan AD AS “membabat habis” anak buah Nasu. Kolonel Toshiro Hiroyasu, komandan Resimen Infantri 16, dan sebagian besar stafnya termasuk empat komandan batalion Jepang gugur dalam penyerangan tersebut. Nasu sendiri tertembak dan meninggal beberapa jam kemudian. Beberapa kelompok kecil anak buah Nasu menerobos garis pertahanan Amerika, termasuk satu yang dipimpin oleh Kolonel Furimiya, tapi semuanya diburu dan dibunuh beberapa hari kemudian. Satuan sayap kanan Shoji tidak ikut dalam penyerangan tersebut, mereka lebih memilih untuk tetap di tempat untuk melindungi sisi kanan Nasu dari kemungkinan serangan dari pasukan AS yang tak pernah terjadi.
Serangan Oka
Peta serangan Oka pada tebing yang dipertahankan oleh batalion Hanneken
Pada pukul 03:00 tanggal 26 Oktober, satuan Oka akhirnya mencapai dan menyerang pertahanan Marinir di dekat Matanikau. Pasukan Oka meyerbu di sepanjang tebing dari timur ke barat yang dipertahankan oleh batalion Hanneken tapi terkonsentrasi pada Kompi F Hanneken yang memepertahankan sisi paling kiri posisi Marinir di tebing itu. Sebuah seksi senapan mesin Kompi F pimpinan Mitchell Paige menewaskan banyak tentara Jepang, tapi tembakan balasan Jepang akhirnya menewaskan atau mencederai hampir semua penembak senapan mesin Marinir. Pada pukul 05:00, Batalion 3 dari Resimen Infantri 4 milik Oka berhasil mendaki lereng curam tebing tersebut dan mendesak anggota Kompi F yang tersisa menjauh dari tebing itu.
Menanggapi keberhasilan Jepang merebut bagian tebing itu, Mayor Odell M. Conoley, perwira pelaksana batalion Hanneken segera mengumpulkan satuan serangan balasan yang terdiri dari 17 orang, termasuk spesialis komunikasi, pengurus barak, seorang koki, dan seorang anggota band. Pasukan kecil Conoley ditambah lagi olah elemen-elemen dari Kompi G, Kompi C, dan beberapa anggota Kompi F yang tidak cedera dan menyerang pasukan Jepang sebelum mereka dapat mengkonsolidasi posisi mereka di puncak tebing itu. Pada pukul 06:00, pasukan Conoley telah mendesak Jepang mundur dari tebing itu dan secara efektif mengakhiri serangan Oka. Marinir menghitung 98 mayat tentara Jepang di tebing dan 200 lagi di jurang di depannya. Satuan Hanneken menderita kerugian 14 tewas dan 32 luka-luka.
Aftermath
Mundur
Pada pukul 08:00 tanggal 26 Oktober, Hyakutake membatalkan rencana serangan selanjutnya dan memerintahkan pasukannya untuk mundur. Anak buah Maruyama menyelamatkan rekan-rekan mereka yang terluka dari dekat garis Amerika pada malam hari tanggal 26-27 Oktober dan mulai bergerak mundur jauh ke dalam hutan. Pihak Amerika mengumpulkan kemudian mengubur atau membakar secepat mungkin mayat-mayat anak buah Maruyama yang berjumlah 1.500 orang yang berserakan di depan garis-garis pertahanan Pullers dan Hall. Cerita salah satu anggota AD AS, John E. Stannard, tentang pemandangan setelah pertempuran, “Pembantaian di medan tempur itu adalah pemandangan yang mungkin hanya prajurit tempur yang pernah bertarung dalam jarak dekat bisa benar-benar memahaminya dan melihatnya tanpa merasa ngeri. Salah satu prajurit, setelah berjalan di antara mayat-mayat serdadu Jepang, berkata pada rekannya: ‘Ya Tuhan, benar-benar pemandangan yang seram. Banyak mayat berserakan mulai dari pojok garis pertahanan sampai ke pinggir hutan sepanjang setengah mil.’

Pasukan sayap kiri Maruyama yang selamat diperintahkan untuk mundur ke daerah sebelah barat Sungai Matanikau sementara pasukan sayap kanan Shoji diperintahkan untuk menuju ke Koli Point, di sebelah timur parameter Lunga. Para prajurit sayap kiri yang telah kehabisan makanan beberap hari sebelumnya, mulai mundur pada tanggal 27 Oktober. Selama bergerak mundur, banyak prajurit Jepang yang terluka tewas karena luka-lukanya dan dimakamkan di pinggir jalan Maruyama. Salah satu anak buah Maruyama, Letnan Keijiro Minegishi, menulis di buku hariannya, “Tak pernah terbayangkan oleh saya bahwa kami akan mundur melalui jalan bergunung-gunung dan menembus hutan yang sama dengan yang kita pernah kami lewati dengan antusias… kami belum makan selama tiga hari dan bahkan untuk berjalan pun sulit. Di puncak bukit tubuhku goyah dan tak mampu berjalan. Aku harus beristiharat tiap dua meter.”
Elemen utama dari Divisi 2 mencapai wilayah mabes AD ke-17 di Kokumbona, sebelah barat Matanikau pada tanggal 4 November. Pad hari yang sama, kesatuan Shoji mencapai Koli Point dan berkemah. Divisi 2 yang jumlah anggotanya menyusut karena gugur, terluka, kurang gizi dan terkena penyakit tropis menjadi tak mampu melakukan tindakan ofensif dan akan bertempur sebagai pasukan bertahan sampai akhir kampanye. Pada akhir bulan November, Pasukan AS menghalau pasukan Shoji dari Koli Point kembali ke wilayah Kokumbuna, dengan patroli Marinir berkekuatan satu batalion menyerang dan mengusik mereka sepanjang perjalanan ke sana. Hanya sekitar 700 dari 3.000 orang anak buah Shoji yang akhirnya berhasil kembali ke Kokumbuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar